Sabtu, 05 Januari 2013

 Karateka Aceh Juara Kejurnas Karate PPLP
 
MANADO - Mudafar Yahdi Azizi, karateka binaan Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Aceh, yang turun dalam nomor Kata Perorangan Putra tingkat SMA meraih juara Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Karate Antar-PPLP di Manado, Sulawesi Utara (Sulut), Rabu (7/11).

Pelatih Karateka PPLP Aceh Hari Parulian yang didampingi Asisten Pelatih Duta Ambiya, ketika dihubungi Serambi, kemarin, mengungkapkan Mudafar Yahdi Azizi yang akrab disapa Yazi termasuk karateka berbakat yang sejak awal diprediksi akan menyumbang medali bagi Tim Karateka PPLP Aceh.

Yazi yang turun di nomor Kata Perorangan Putra tingkat SMA, berhasil meraih Juara I setelah mengalahkan karateka PPLP Jawa Barat dengan skor 5-0, mengalahkan karateka PPLP Sulawesi Selatan (5-0), dan di final mengalahkan karateka PPLP Sumatera Selatan (5-0).

Yazi yang kini tercatat sebagai siswa SMA Negeri 9 Tunas Bangsa, Banda Aceh, mengaku sudah menyukai cabang olahraga karate sejak duduk di bangku SD. Namun, latihan karate secara teratur dan intensif baru dilakukannya sejak menjadi atlet binaan PPLP Aceh di bawah asuhan pelatih Hari Parulian, Bungsu Sofya, dan Duta Ambiya. 

Tim Karateka PPLP Aceh yang berangkat ke Manado dengan kekuatan 9 atlet (5 putra dan 4 putri), berupaya mengukir prestasi terbaik di even Kejurnas Karate Antar-PPLP yang berlangsung pada 6-10 November ini. “Kita tidak punya target khusus. Tapi, akan berupaya memberikan yang terbaiklah bagi PPLP Aceh,” kata hari Parulian.

Menurut Hari, selain turun dalam nomor Kata Perorangan Putra/Putri, para karateka Aceh itu juga diturunkan dalam nomor Kumite Putra/Putri dalam kelas-kelas yang berbeda. “Setelah sukses di nomor Kata Perorangan dengan tampilnya Yazi meraih Juara I, kita juga berharap sukses di nomor Kumite yang akan dipertandingkan besok (hari ini-red),” katanya.(ask)

Editor : bakri

Sejarah Karate Indonesia

 Karate masuk di Indonesia bukan dibawa oleh tentara Jepang melainkan oleh Mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kembakli ke tanah air, setelah menyelesaikan pendidikannya di Jepang. Tahun 1963 beberapa Mahasiswa Indonesia antara lain: Baud AD Adikusumo, Karianto Djojonegoro, Mochtar Ruskan dan Ottoman Noh mendirikan Dojo di Jakarta. Mereka inilah yang mula-mula memperkenalkan karate (aliran Shoto-kan) di Indonesia, dan selanjutnya mereka membentuk wadah yang mereka namakan Persatuan Olahraga Karate Indonesia (PORKI) yang diresmikan tanggal 10 Maret 1964 di Jakarta.
Beberapa tahun kemudian berdatangan ex Mahasiswa Indonesia dari Jepang seperti Setyo Haryono (pendiri Gojukai), Anton Lesiangi, Sabeth Muchsin dan Chairul Taman yang turut mengembangkan karate di tanah air. Disamping ex Mahasiswa-mahasiswa tersebut di atas orang-orang Jepang yang datang ke Indonesia dalam rangka usaha telah pula ikut memberikan warna bagi perkembangan karate di Indonesia. Mereka-mereka ini antara lain: Matsusaki (Kushinryu-1966), Ishi (Gojuryu-1969), Hayashi (Shitoryu-1971) dan Oyama (Kyokushinkai-1967).
Karate ternyata memperoleh banyak penggemar, yang implementasinya terlihat muncul dari berbagai macam organisasi (Pengurus) karate, dengan berbagai aliran seperti yang dianut oleh masing-masing pendiri perguruan. Banyaknya perguruan karate dengan berbagai aliran menyebabkan terjadinya ketidak cocokan diantara para tokoh tersebut, sehingga menimbulkan perpecahan di dalam tubuh PORKI. Namun akhirnya dengan adanya kesepakatan dari para tokoh-tokoh karate untuk kembali bersatu dalam upaya mengembangkan karate di tanah air sehingga pada tahun 1972 hasil Kongres ke IV PORKI, terbentuklah satu wadah organisasi karate yang diberi nama Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI).
Sejak FORKI berdiri sampai dengan saat ini kepengurusan di tingkat Pusat yang dikenal dengan nama Pengurus Besar/PB. telah dipimpin oleh 6 orang Ketua Umum dan periodisasi kepengurusannyapun mengalama 3 kali perobahan masa periodisasi yaitu ; periode 5 tahun (ditetapkan pada Kongres tahun 1972 untuk kepengurusan periode tahun 1972 – 1977) periodisasi 3 tahun (ditetapkan pada kongres tahun 1997 untuk kepengurusan periode tahun 1997 – 1980) dan periodisasi 4 tahun ( Berlaku sejak kongres tahun 1980 sampai sekarang).
Adapun mereka-mereka yang pernah menjadi Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal (Umum) FORKI sejak tahun 1972 adalah sbb :
Periode/Masa BaktiKetua UmumSekretaris Jenderal/UmumKeterangan
1972 – 1977Widjojo SuyonoOtoman NuhKongres IV PORKI/FORKI 1972 di Jakarta
1977 – 1980S u m a d iRustam IbrahimKongres V FORKI 1977 di Jakarta
1980 – 1984Subhan DjajaatmadjaG.A. PesikKongres VI FORKI 1980 di Jakarta
1984 – 1988R u d i n iAdam SalehKongres VII FORKI 1984 di Bandar Lampung
1988 – 1992R u d i n iG.A. PesikKongres VIII FORKI 1988 di Jakarta
1992 – 1996R u d i n iG.A. PesikKongres IX 1992 di Jakarta (Diperpanjang sd 1997)
1997 – 2001W i r a n t oDrs. Hendardji -S,SH.Kongres X FORKI 1997 di Caringin Bogor Jawa Barat
2001 – 2005Luhut B. Pandjaitan, MPA.Drs. Hendardji -S,SH.Konres XI FORKI 2001 di Jakarta
2005 – 2009Luhut B. Pandjaitan, MPA.Drs. Hendardji -S,SH.Kongres XII FORKI 2005 di Jakarta
PERGURUAN KARATE ANGGOTA FORKI
1. AMURA
2. BKC (Bandung Karate Club)
3. BLACK PANTHER KARATE INDONESIA
4. FUNAKOSHI
5. GABDIKA SHITORYU INDONESIA (Gabungan Beladiri Karate-Do Shitoryu)
6. GOJUKAI (Gojuryu Karate-Do Indonesia)
7. GOJU RYU ASS (Gojuryu Association)
8. GOKASI (Gojuryu Karate-Do Shinbukan Seluruh Indonesia)
9. INKADO (Indonesia Karate-Do)
10. INKAI (Institut Karate-Do Indonesia)
11. INKANAS (Intitut Karate-Do Nasional)
12. KALA HITAM
13. KANDAGA PRANA
14. KEI SHIN KAN
15. KKNSI (Kesatuan Karate-Do Naga Sakti Indonesia)
16. KKI (Kushin Ryu M. Karate-Do Indonesia)
17. KYOKUSHINKAI (Kyokushinkai Karate-Do Indonesia)
18. LEMKARI (Lembaga Karate-Do Indonesia)
19. PERKAINDO
20. PORBIKAWA
21. PORDIBYA
22. SHINDOKA
23. SHI ROI TE
24. TAKO INDONESIA
25. WADOKAI (Wadoryu Karate-Do Indonesia)
PB. FORKI beberapa kali mendapat kepercayaan menyelenggarakan even Internasional diantaranya :
1. Menjadi tuan rumah APUKO II tahun 1976 dilaksanakan di Jakarta.
2. Menjadi tuan rumah APUKO VII tahun 1987 dilaksanakan di Jakarta.
3. Menjadi tuan rumah APUKO Junior tahun 1991 dilaksanakan di Jakarta.
Disamping even-even tersebut PB. FORKI dipercayakan juga oleh KONI Pusat sebagai penyelenggara pertandingan karate pada even Sea Games dimana Indonesia menjadi tuan rumah yaitu masing-masing :
1. Sea Games XIV tahun 1987 di Jakarta.
2. Sea Games XIX tahun 1997 di Jakarta.
PB. FORKI pernah menggelar even Internasional diluar agenda resmi dari WKF dan AKF sebagai inisiatif sendiri dari PB. FORKI yaitu “ Indonesia Open Karate Tournamen “ yang dilaksanakan di Jakarta tahun 2002.
Modul Trigonometri untuk pembelajaran umum bisa anda dapatkan disini

Makalah Bahasa Arab



BAB   I
PENDAHULUAN


A.        Latar Belakang
Di dalam Bahasa Arab mempelajari Ilmu Nahwu sangatlah penting karena dari situlah bisa mempelajari bahasa arab dengan mudah. Selain itu, mempelajari Ilmu Nahwu sangat penting untuk memahami Al-Qur’an, artinya ; karena menurut kaidah hukum Islam, mengerti Ilmu Nahwu bagi mereka yang ingin memahami Al-Qur’an hukumnya fardlu ‘ain.
Dan sangat dianjurkan bagi manusia untuk menjaga lisannya dari kesalahan dan biasa faham artinya Al-Qur’an dan Hadits maka oleh karena itulah Ilmu Nahwu harus dipelajari dan difahami lebih didahulu dibanding ilmu yang lain karena tanpa Ilmu Nahwu tidak akan pernah dapat dipahami.

B.        Pengertian
Kalimat Isim yang dibaca rofa itu ada tujuh sebagaimana yang akan dibahas dalam babnya masing-masing.
Fa’il itu kalimat Isim baik soreh atau muawal yang dibaca rofa yang sebelumnya telah disebutkan fi’ilnya dan yang merofakan fa’il adalah fi’il yang jatuh sebelumnya. Isim soreh yaitu kalimat isim yang jelas-jelas keisimannya. Isim muawal yaitu kalimat isim yang tidak jelas keisimannya tapi harus dita’wil terlebih dahulu.
Kalimat isim yang I’robnya dibaca rofa yang nomor dua adalah naibul fa’il. Naibul fa’il yaitu kalimat isim yang dibaca rofa yang menempati fail karena fa’ilnya dibuang.

C.        Rumusan Masalah
1        Sejauh mana pemahaman kita terhadap Ilmu Nahwu?
2        Sudahkah kita memahami apa itu fa’il?
3        Sudahkah kita memahami apa itu naibul fa’il?
4        Dapatkah kita mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari?

D.        Tujuan Penulisan
1        Membudidayakan berbahasa Arab di seluruh lapisan masyarakat.
2        Memberikan pemahaman yang mendalam tentang Ilmu Nahwu
3        Memberi pengetahuan dan wawasan tentang Ilmu Nahwu


BAB   II
PEMBAHASAN


1.         Fa’il
Fa’il ialah isim marfu’ yang disebutkan terlebih dahulu fi’ilnya (fi’il yang me-rafa’-kannya).
            Contoh :
·         ﺟﺎﺀ ﺯﻳﺪ; lafadz  ﺟﺎﺀ  adalah fi’il madhi dan  ﺯﻳﺪ          menjadi fa’ilnya yang di-rafa’-kan oleh dhammah.
Lafadz  ﺯﻳﺪ  itu di-rafa’-kan oleh dhammah, sebab isim mufrad.
·         ﺟﺎﺀاﻟﺰﻳﺪﺍن : Dua zaid itu telah datang.
Lafadz  اﻟﺰﻳﺪﺍن         menjadi fa’il yang di-rafa’-kan dengan alif, sebab isim tatsniyah.
·         ﺟﺎﺀاﻟﺰﻳﺪون  : Zaid-zaid itu telah datang.
Lafadz  اﻟﺰﻳﺪون        menjadi fa’il yang di-rafa’-kan dengan wawu, sebab jamak mudzakkar.
·         ﺟﺎﺀاﻟﺰﻳﻮﺩ  : Zaid-zaid itu telah datang.
Lafadz  اﻟﺰﻳﻮﺩ            menjadi fa’il yang di-rafa’-kan dengan dhammah, sebab jamak taksir.

·         ﺟﺎﺀﺕﺍﻟﻤﻨﺪﺍﺕ  : Hindun-hindun itu telah datang.
Lafad ﺍﻟﻌﺒﺰ menjadi fa’il yang di-rafa’-kan dengan dhammah, sebab jamak muannats.

Fa’il terbagi menjadi dua bagian , yaitu fa’il yang Zhahir dan fa’il yang mudzmar (tersembunyi).
a         Fa’il isim yang zhahir
Fa’il isim yang zhahir ialah lafadz yang manunjukkan kepada yang disebutnya tanpa ikatan, seperti lafadz ﺯﻳﺪ (zaid) dan  ﺭﺟﻞ    (laki-laki).
Contoh :  ﻭﻳﻘﻮمﻏﻼﻣﻰ،ﻗﺎم ﺯﻳﺪ
b        Fa’il yang Mudzmar
Fa’il isim yang mudzmar adalah  lafadz yang menunjukkan kepada pembaca (mutakallim) atau yang diajak bicara (mukhathab) atau ghaib.
Dhamir mutakallim itu terbagi dua, yaitu mutakallim wahdah seperti lafadz ﺍﻧﺎ (saya), dan mutakallim berikut teman-temannya, seperti lafadz ﳓﻦ      (kami atau kita), yaitu untuk mu’azhzhim nafsah atau untuk mutakallim yang membesarkan dirinya.
Contoh dhamir mukhatab :
·          ﺍﻧﺖ : kamu (ditunjukkan untuk seorang mukhathab (laki-laki) ).
·          ﺍﻧﺖ : kamu (ditunjukkan kepada seorang mukhathab (perempuan) ).
·                                         ﺍﻧﺘﻤﺎ : kamu berdua (ditunjukkann kepada dua orang yang diajak    bicara, baik laki-laki ataupun perempuan).
·             ﺍﻧﺘﻢ   : kalian (ditunjukkan kepada banyak laki-laki yang dijak bicara)
·                                          ﺍﻧﺘﻦ : kalian (ditunjukkan kepada banyak perempuan yang dijak     bicara)

Contoh dhamir yang ghaib :
·         ﻫﻮ : dia (ditunjukkan kepada orang ketiga laki-laki)
·          ﻫﻲ  : dia (ditunjukkan kepada orang ketiga perempuan)
·          ﻫﻢ : mereka (ditunjukkan kepada banyak laki-laki orang ketiga)
·                                          ﻫﻤﺎ  : mereka berdua perempuan (ditunjukkan kepada dua orang ketiga, baik laki-laki ataupun perempuan).
·             ﻫﻦ : mereka (ditunjukkan kepada banyak perempuan orang ketiga).

Perlu diketahui bahwa, isim dhamir itu terbagi dua, yaitu :
1        Dhamir bariz (yang ditampakkan), seperti :
                                                                                    ﺍﻧﺎ،ﳓﻦ،ﺍﻧﺖ،ﺍﻧﺖ،ﺍﻧﺘﻤﺎ،ﺍﻧﺘﻢ،ﺍﻧﺘﻦ, dan seterusnya.
2        Dhamir mustatir (tersimpan).

Contoh fa’il isim yang mudzmar :
ﺿﺮﺑﺖ: aku telah memukul.
ﺿﺮﺑﻨﺎ: kami telah memukul
ﺿﺮﺑﺖ: kamu (laki-laki) telah memukul.
ﺿﺮﺑﺖ: kamu (perempuan) telah memukul
ﺿﺮﺑﺘﻤﺎ: kamu berdua (laki-laki atau perempuan) telah memukul.
                 ﺿﺮﺑﺘﻢ: kalian (laki-laki) telah memukul.
                 ﺿﺮﺑﺘﻦ: kalian (perempuan) telah memukul.
                  ﺿﺮﺏ: dia (laki-laki) telah memukul.
                 ﺿﺮﺑﺖ: dia (perempuan) telah memukul.
                 ﺿﺮﺑﺎ: merka berdua (laki-laki)  telah memukul
                 ﺿﺮﺑﺘﺎ: mereka berdua (perempuan) telah memukul
                 ﺿﺮﺑﻮ: mereka (laki-laki) telah memukul.
                    ﺿﺮﺑﻦ: meraka (perempuan) telah memukul.

            Adapun meng-i’rab-nya adalah sebagai berikut :
1           ﺿﺮﺏ، ﺿﺮﺑﺖFi’il madhi,       dhamir mutakallim wahdah (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’-nnya mabni dhammah.
2            ﺿﺮﺏ، ﺿﺮﺑﻨﺎ Fi’il madhi, ﻧﺎ dhamir mutakallim ma’al ghair atau mu’azhzhim nafsah, di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya madni sukun.
3           ﺿﺮﺏ، ﺿﺮﺑﺖFi’il madhi,             dhamir mukhatab mudzakar (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’nya. Mabni fathah.
4           ﺿﺮﺏ، ﺿﺮﺑﺖ  Fi’il madhi,   dhamir muannats (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya dengan mabdi kasrah.
5           ﺿﺮﺏ، ﺿﺮﺑﺘﻤﺎFi’il madhi,      ﺗﻤﺎ     dhamir tatsniyah (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni dhammah, sedangkan huruf mim-nya adalah huruf ‘imad dan alif’-nya alif tatsniyah.
6           ﺿﺮﺏ،ﺿﺮﺑﺘﻢFi’il madhi,          ﺗﻢ dhamir mukhathab jamak mudzakkar (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-ka, tanda rafa’-nya mabni dhammah sedangkan huruf mim-nya adalah tanda jamak.
7           ﺿﺮﺏ ، ﺿﺮﺑﺘﻦ Fi’il madhi,   ﺗﻦ dhamir mukhathab jamak muannats (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni dhammah, huruf nun-nya adalah tanda jamak muannats.
8                    ﺿﺮﺏ Fi’il madhi sedangkan fa’ilnya adalah dhamir mustatir, dan taqdir-nya ﻫﻮ       .
9                    ﺿﺮﺑﺖ Fi’il madhi, fa’il-nya dhamir mustatir, taqdir-nya  ﻫﻲ     ditambah ta.
10                                                                    ﺿﺮﺑﺎ Fi’il madhi, fa’il-nya alif, di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni sukun.
11                      ﺿﺮﺑﺘﺎ Fi’il madhi yang ber-ta ta-nits, fa’il-nya alif, tanda rafa’-nya mabni sukun.
12                               ﺿﺮﺑﻮ Fi’il madhi, fa’il-nya wawu dhamir, di-rafa’-kan, tanda rafa’nya mabni sukun, sedangkan alif-nya adalah alif mutlak jamak.
13                      ﺿﺮﺑﻦ Fi’il madhi, fa’ilnya nun, di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni fathah.

2.         Naibul Fa’il
Maf’ul yang tidak disebutkan fa’ilnya dinamakan mabni majhul atau naibul fa’il, yaitu isim yang asalnya menjadi maf’ul lalu fa’ilnya dibuang dan maf’ulnya menggantikan kedudukan fail, i’rabnya di-rafa’-kan dan diletakkan sesudah fi’il.
            Contoh :
·          ﻗﺮﺃﺍﻟﻘﺮﺍﻥ Asalnya ﻗﺮﺃﺕﺍﻟﻘﺮﺍﻥ.  lafadz   dibuang lalu lafadz          menempati tempat fa’il (lafadz   ) sebagai pengganti lafadz    yang dibuang dan lafadz  ﺍﻟﻘﺮﺍﻥdiubah harakatnya menjadi       ﺍﻟﻘﺮﺍﻥ        .
·          ﺿﺮﺏ ﺯﻳﺪ Asalnya ﺿﺮﺏﻓﻼﻥ ﺯﻳﺪﺍ                 .
·          ﻛﺘﺐﺍﻟﺪﺭﺱ            Asalnya ﻛﺘﺐ ﺗﻠﻤﻴﺪ                     .
·          ﻳﻌﻂﺮﺍﻟﻼﺟﺮ Asalnya ﻳﻌﻂﺮﻓﻼﻥ ﺍﻟﻼﺟﺮ                      .

Adapun lafadz yang menjadi naibul fa’il itu asalnya maf’ul bih tapi jika maf’ul bihnya tidak ada maka bisa masdar, daraf atau jer majrur.
            Contoh :
                  ﺟﻠﺲﻋﻠﻰﺍﻟﻜﺮﺳﻰ   ﺟﻠﺲﺯﻳﺪﻋﻠﻰﺍﻟﻜﺮﺳﻰ
ﺟﻠﺲﻋﻨﺪﻯ      ﺟﻠﺲ ﺯﻳﺪ ﻋﻨﺪﻯ
Kalimat fi’il yang mengiring-ngiringi naibul fa’il itu dinamakan fi’il mabni majhul.
Adapun cara membuat fi’il mabni majhul itu ada dua yaitu ;
1        Jika fi’il madhi maka huruf awal didhammah dan huruf sebelum akhir dikasroh.
Contoh :   ﻧﺼﺮ            ﻧﺼﺮ
2        Jika fi’il mudore maka huruf awal didhammah dan huruf sebelum akhir difathah.
Contoh : ، ﻳﻨﺼﺮ    ﻳﻨﺼﺮ        

Adapun cara membuat fi’il mabni majhul dan fi’il seperti lafadz                    yaitu fi’il bina ajwap itu ada tiga. Yaitu :
1        Didhammah fa fi’ilnya.
    Contoh : ﺑﻮع   ﺑﺎع   
2        Dibaca isymam yaitu membaca diantara harakat dhammah dan kasroh.
    Contoh : ﺑﻮع   ﺑﺎع

3    Dikasroh fa fi’il-nya dan ini pendapat yang sudah masyhur
Contoh : ﺑﻴﻊ   ﺑﺎع

Naibul fa’il itu ada dua yaitu :
1                  Naibul fa’il isim zhahir.
Contoh :
·          ﺿﺮﺏ ﺯﻳﺪ (zaid telah dipukul)
·          ﻳﻀﺮﺏ ﺯﻳﺪ (zaid akan dipukul)
·          ﺍﻛﺮﻡﻋﻤﺮ (Amr telah dimuliakan)
·          ﻳﻜﺮﻡﻋﻤﺮ (Amr akan dimuliakan)

2          Naibul fa’il isim dhamir
Contoh :
·          ﺩﻋﻴﺖ (aku telah dipanggil)
·          ﺩﻋﻰ (dia dipanggil)
·          ﻣﺎﺩﻋﻰﺍﻻﺍﻧﺎ (dia tidak dipanggil kecuali aku)

Naibul fa’il isim dhamir dibagi enjadi 2 yaitu :
1        Naibul  fa’il isim dhamir muttasil.
Contoh : ﻋﺎ ﺯﻳﺪﺍﻳﺎﻱ                          ﺩﻋﻴﺖ    
2        Naibul fa’il isim dhamir munfasil.
Contoh :   ﺍﻧﺘﺎ ﻟﻢﻳﻀﺮﺏ ﺯﻳﺪ ﺍﻻ         ﻟﻢﻳﻀﺮﺏﺍﻻﺍﻧﺘﺎ

                        Contoh lain isim dhamir adalah :
                        ﺿﺮﺑﺖ: aku telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﻨﺎ: kami telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﺖ: kamu (laki-laki) telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﺖ: kamu (perempuan) telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﺘﻤﺎ: kamu berdua telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﺘﻢ: kalian (laki-laki) telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﺘﻦ: kalian (perempuan) telah dipukul
                        ﺿﺮﺏ: dia (laki-laki) telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﺖ: ia (perempuan) telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﺎ: mereka berdua telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﻮ: mereka (laki-laki) telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﻦ: meraka (perempuan) telah dipukul

Ø  Adapun meng-i’rab-nya adalah ﺿﺮﺑﺖ          (aku telah dipukul)
Lafadz  ﺼﺮ fi’il madhi mabni lil maf’ul,    dhamir mutakallim menjadi naibul fa’il yang di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya dengan mabni dhammah.

3.         Al-Jumlah Fi’liyah
Didalam struktur bahasa Arab, jumlah (kalimat) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jumlah ismiyah (kalimat nominal) dan jumlah fi’liyah (kalimat verbal). Dinamakan jumalh ismiyah jika kalimat tersebut dimulai dengan isim (kata benda) dan dinamakan jumlah fi’liyah jika dimulai dengan fi’il (kata kerja). Dengan pengertian lain, jumlah ismiyah adalah jumlah yang terdiri dari mubtada dan khabar, sedangkan jumlah fi’liyah adalah jumlah yang terdiri dari fi’il da fa’il.
            Contoh kalimat fi’liyah :
1         ﻡﺍﻟﻂﻐﻞﻋﻠﻰﺍﻟﺴﺮﻳﺮ ﺑﺎ: anak kecil itu tidur diatas dipan jumlah mufidah (1) : ﻧﺎﻡ ﺍﻟﻂﻐﻞﻋﻠﻰﺍﻟﺴﺮﻳﺮ         adalah kalimat sempurna, mengingat maknanya sudah dapat difahami dengan sempurna. Kalimat tersebut terdiri dari empat kata, yaitu ﻧﺎﻡ(tidur), ﺍﻟﻂﻐﻞ  (anak), ﻋﻠﻰ (diatas), dan kata ﺍﻟﺴﺮﻳﺮ (dipan). Kalimat tersebut dimulai dengan kata kerja, yang dalam istilah gramatika bahasa Arab dikenal dengan nama fi’il sedangkan yang datang setelah fi’il (kata kerja) dinamakan fa’il. Sementara kalimat          ﺍﻟﺴﺮﻳﺮ ﻋﻠﻰ (di atas dipan) adalah kata keterangan tempat. Jumlah mufidah yang dimulai dengan kata kerja (fi’il) tersebut dalam gramatika bahasa Arab dinamakan jumlah fi’liyah atau kalimat verbal.
2         ﺫﻫﺐﺍﻟﻤﺴﺎﻏﺮﺍﻟﻰﻣﻜﺔ : musafir itu pergi ke Makkah.
3         ﺟﺎﺀﻧﺼﺮﺍﻟﻠﻪﻭﺍﻟﻔﺘﺢ : datang pertolongan Allah.
4         ﺍﻛﻞﺍﻟﻮﻟﺪﺍﻟﻌﺒﺰ : anak itu makan roti
5                                                                     ﻋﻠﻢﺍﻟﻤﺪﺭﺱﺍﻟﻤﺴﻠﺔ:bapak guru itu mengetahui masalah.

v  Penjelasan
·         Jumlah mufidah (1)                 
·         Jumlah mufidah (2) ﺫﻫﺐ ﺍﻟﻤﺴﺎ ﻏﺮ ﻋﻠﻰ ﻣﻜﺔ        adalah kalimat sempurna mengingat maknanya sudah dapat difahami dengan sempurna. Kalimat tersebut terdiri dari empat kata, yaitu kata ﺫﻫﺐ (pergi),     ﺍﻟﻤﺴﺎ ﻏﺮ (musafir),         ﻋﻠﻰ (ke), dan kata ﻣﻜﺔ (Makkah). Kalimat tersebut dimulai dengan kata kerja, yang dalam istilah gramatika bahasa Arab dikenal dengan nama fi’il. Sedangkan yang datang setelah fi’il (kata kerja) dinamakan fa’il (pelaku perbuatan). Jumlah mufidah yang dimulai dengan kata kerja (fi’il) tersebut dalam gramatika bahasa Arab dinamakan jumlah fi’liyah atau kalimat verbal.

v  Analisis
Fa’il ialah isim yang secara mutlak di-rafa’-kan oleh fi’ilnya dan fi’il itu terletak sebelum fa’il.
Wajib pada fi’il itu di-mujarradkan (dibebaskan dari huruf tambahan) apabila di-musnad-kan kepada jamak atau mutsana.
Ulama nahwu telah membagi fa’il menjadi fa’il isim yang zhahir dan fa’il isim yang mudzmar (dhamir).
Isim mudhmar (dhamir) dibagi duabelas macam, yaitu : ﻗﻤﺖ(aku telah berdiri), ﻗﻤﻨﺎ   (kami telah berdiri), ﻗﻤﺖ (kamu (laki-laki) telah berdiri), ﻗﻤﺖ (kamu (perempuan) telah berdiri),ﻗﻤﺘﻤﺎ (kamu berdua telah berdiri), ﻗﻤﺘﻦ (kalian (perempuan) telah berdiri), ﻗﻤﺘﻢ       (kalian (laki-laki) telah berdiri), ﻗﻤﺎ  (seorang laki-laki telah berdiri), ﻗﺎﻣﺖ (seorang perempuan telah berdiri), ﻗﻤﺎ (dua orang laki-laki telah berdiri), ﻗﺎﻣﻮﺍ (mereka (laki-laki) telah berdiri),  ﻗﻤﻦ (mereka (perempuan) telah berdiri).
Tempatkanlah kedudukan fa’il yang dibuang maf’ulnya pada setiap yang dimiliki oleh fa’il. Huruf pertama fi’il yang fa’ilnya tidak disebutkan harus di dhammahkan, sedangkan huruf yang yang sebelum terakhir harus di-kasrah-kan. Naibul fa’il itu adakalanya mudhmar (disembunyikan) dan adakalanya muzhhar (ditampakkan. Yang kedua (muzhhar) seperti ﻳﻜﺮﻡﺍﻟﻤﺒﺸﺮ (pembawa kabar gembira itu dimuliakan). Adapun yang dhamir, maka hal itu seperti perkataan ﺩﻋﻴﺖ(aku telah dipanggil),           ﺩﻋﻰ            (dia dipanggil), ﻣﺎﺩﻋﻰﺍﻻﺍﻧﺎ (dia tidak dipanggil kecuali aku).

 

BAB   III
PENUTUP


A.        Kesimpulan
                        Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan :
1        Kebanykan siswa tidak mengerti / kurang paham tentang bahasa Arab karena mereka kurang minat. Mereka beranggapan bahwa belajar bahasa Arab tidak terlalu penting dibandingkan bahasa asing lainnya. Tapi pada kenyataannya mempelajari bahasa Arab sangatlah penting untuk dapat memahami isi dari Al-Qur’an.
2        Fa’il adalah isim marfu’ yang disebutkan terlebih dahulu fi’ilnya (fi’il yang merafakannya).kita masih belum faham apa itu fa’il,karena kita masih merasa asing dengan istilah-istilah dalam bahasa Arab.
3        Naibul fa’il adalah isim yang asalnya menjadi maf’ul lalu fa’ilnya dibuang dan maf’ulnya menggantikan kedudukan fa’il, i’rabnya dirafakan dan diletakkan sesudah fi’il. Seperti halnya naibul fa’il, kebanyakan siswa masih kurang mengerti /paham istilah-istilah dalam bahasa Arab.
4        Untuk saat ini mungkin menggunakan bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari masih belum digalakkan. Mungkin hanya di tempat-tampat tertentu yang bahasa kesehariannya menggunakan bahasa Arab, seperti pondok pesantren dan sekolah-sekolah yang basicnya keagamaan.

B.        Saran
·         Untuk guru atau Dosen :
1          Media pembelajaran yang digunakan masih kurang memadai.
2          Dalam menjelaskan suatu bab, tidak terlalu jelas dan terbelit-belit sehingga susah untuk dipahami.
3          Contoh-contoh yang diberikan masih kurang untuk membantu siswa dalam memahami suatu bab / materi.
4          Diharapkan guru / dosen memberikan modul, agar siswa dapat mempelajarinya dengan mudah.

·         Untuk siswa :
1          Pada saat guru / dosen menjelaskan, siswa harus mendengarkan dan mencatat point-point penting dari penjelasan tersebut.
2          Memperbanyak membaca buku diperpustakaan tentang bahasa Arab.
3          Mencari buku-buku referensi untuk mempermudah pengerjaan tugas.



REFERENSI :

1        H. Mardjoko Idris. MA (2009). Tata Bahasa Arab. Yogyakarta : Belukar (CMG)
2        Moch. Anwar. (2009). Ilmu Nahwu. Bandung : Sinar Baru Algsindo.
3        A. Mus’idin kamal, S.Pd.I. (2010). Terjemah Nadzom Imrithy. Benda : Pon.Pes. Al Hikmah 2.