Sabtu, 05 Januari 2013

Makalah Bahasa Arab



BAB   I
PENDAHULUAN


A.        Latar Belakang
Di dalam Bahasa Arab mempelajari Ilmu Nahwu sangatlah penting karena dari situlah bisa mempelajari bahasa arab dengan mudah. Selain itu, mempelajari Ilmu Nahwu sangat penting untuk memahami Al-Qur’an, artinya ; karena menurut kaidah hukum Islam, mengerti Ilmu Nahwu bagi mereka yang ingin memahami Al-Qur’an hukumnya fardlu ‘ain.
Dan sangat dianjurkan bagi manusia untuk menjaga lisannya dari kesalahan dan biasa faham artinya Al-Qur’an dan Hadits maka oleh karena itulah Ilmu Nahwu harus dipelajari dan difahami lebih didahulu dibanding ilmu yang lain karena tanpa Ilmu Nahwu tidak akan pernah dapat dipahami.

B.        Pengertian
Kalimat Isim yang dibaca rofa itu ada tujuh sebagaimana yang akan dibahas dalam babnya masing-masing.
Fa’il itu kalimat Isim baik soreh atau muawal yang dibaca rofa yang sebelumnya telah disebutkan fi’ilnya dan yang merofakan fa’il adalah fi’il yang jatuh sebelumnya. Isim soreh yaitu kalimat isim yang jelas-jelas keisimannya. Isim muawal yaitu kalimat isim yang tidak jelas keisimannya tapi harus dita’wil terlebih dahulu.
Kalimat isim yang I’robnya dibaca rofa yang nomor dua adalah naibul fa’il. Naibul fa’il yaitu kalimat isim yang dibaca rofa yang menempati fail karena fa’ilnya dibuang.

C.        Rumusan Masalah
1        Sejauh mana pemahaman kita terhadap Ilmu Nahwu?
2        Sudahkah kita memahami apa itu fa’il?
3        Sudahkah kita memahami apa itu naibul fa’il?
4        Dapatkah kita mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari?

D.        Tujuan Penulisan
1        Membudidayakan berbahasa Arab di seluruh lapisan masyarakat.
2        Memberikan pemahaman yang mendalam tentang Ilmu Nahwu
3        Memberi pengetahuan dan wawasan tentang Ilmu Nahwu


BAB   II
PEMBAHASAN


1.         Fa’il
Fa’il ialah isim marfu’ yang disebutkan terlebih dahulu fi’ilnya (fi’il yang me-rafa’-kannya).
            Contoh :
·         ﺟﺎﺀ ﺯﻳﺪ; lafadz  ﺟﺎﺀ  adalah fi’il madhi dan  ﺯﻳﺪ          menjadi fa’ilnya yang di-rafa’-kan oleh dhammah.
Lafadz  ﺯﻳﺪ  itu di-rafa’-kan oleh dhammah, sebab isim mufrad.
·         ﺟﺎﺀاﻟﺰﻳﺪﺍن : Dua zaid itu telah datang.
Lafadz  اﻟﺰﻳﺪﺍن         menjadi fa’il yang di-rafa’-kan dengan alif, sebab isim tatsniyah.
·         ﺟﺎﺀاﻟﺰﻳﺪون  : Zaid-zaid itu telah datang.
Lafadz  اﻟﺰﻳﺪون        menjadi fa’il yang di-rafa’-kan dengan wawu, sebab jamak mudzakkar.
·         ﺟﺎﺀاﻟﺰﻳﻮﺩ  : Zaid-zaid itu telah datang.
Lafadz  اﻟﺰﻳﻮﺩ            menjadi fa’il yang di-rafa’-kan dengan dhammah, sebab jamak taksir.

·         ﺟﺎﺀﺕﺍﻟﻤﻨﺪﺍﺕ  : Hindun-hindun itu telah datang.
Lafad ﺍﻟﻌﺒﺰ menjadi fa’il yang di-rafa’-kan dengan dhammah, sebab jamak muannats.

Fa’il terbagi menjadi dua bagian , yaitu fa’il yang Zhahir dan fa’il yang mudzmar (tersembunyi).
a         Fa’il isim yang zhahir
Fa’il isim yang zhahir ialah lafadz yang manunjukkan kepada yang disebutnya tanpa ikatan, seperti lafadz ﺯﻳﺪ (zaid) dan  ﺭﺟﻞ    (laki-laki).
Contoh :  ﻭﻳﻘﻮمﻏﻼﻣﻰ،ﻗﺎم ﺯﻳﺪ
b        Fa’il yang Mudzmar
Fa’il isim yang mudzmar adalah  lafadz yang menunjukkan kepada pembaca (mutakallim) atau yang diajak bicara (mukhathab) atau ghaib.
Dhamir mutakallim itu terbagi dua, yaitu mutakallim wahdah seperti lafadz ﺍﻧﺎ (saya), dan mutakallim berikut teman-temannya, seperti lafadz ﳓﻦ      (kami atau kita), yaitu untuk mu’azhzhim nafsah atau untuk mutakallim yang membesarkan dirinya.
Contoh dhamir mukhatab :
·          ﺍﻧﺖ : kamu (ditunjukkan untuk seorang mukhathab (laki-laki) ).
·          ﺍﻧﺖ : kamu (ditunjukkan kepada seorang mukhathab (perempuan) ).
·                                         ﺍﻧﺘﻤﺎ : kamu berdua (ditunjukkann kepada dua orang yang diajak    bicara, baik laki-laki ataupun perempuan).
·             ﺍﻧﺘﻢ   : kalian (ditunjukkan kepada banyak laki-laki yang dijak bicara)
·                                          ﺍﻧﺘﻦ : kalian (ditunjukkan kepada banyak perempuan yang dijak     bicara)

Contoh dhamir yang ghaib :
·         ﻫﻮ : dia (ditunjukkan kepada orang ketiga laki-laki)
·          ﻫﻲ  : dia (ditunjukkan kepada orang ketiga perempuan)
·          ﻫﻢ : mereka (ditunjukkan kepada banyak laki-laki orang ketiga)
·                                          ﻫﻤﺎ  : mereka berdua perempuan (ditunjukkan kepada dua orang ketiga, baik laki-laki ataupun perempuan).
·             ﻫﻦ : mereka (ditunjukkan kepada banyak perempuan orang ketiga).

Perlu diketahui bahwa, isim dhamir itu terbagi dua, yaitu :
1        Dhamir bariz (yang ditampakkan), seperti :
                                                                                    ﺍﻧﺎ،ﳓﻦ،ﺍﻧﺖ،ﺍﻧﺖ،ﺍﻧﺘﻤﺎ،ﺍﻧﺘﻢ،ﺍﻧﺘﻦ, dan seterusnya.
2        Dhamir mustatir (tersimpan).

Contoh fa’il isim yang mudzmar :
ﺿﺮﺑﺖ: aku telah memukul.
ﺿﺮﺑﻨﺎ: kami telah memukul
ﺿﺮﺑﺖ: kamu (laki-laki) telah memukul.
ﺿﺮﺑﺖ: kamu (perempuan) telah memukul
ﺿﺮﺑﺘﻤﺎ: kamu berdua (laki-laki atau perempuan) telah memukul.
                 ﺿﺮﺑﺘﻢ: kalian (laki-laki) telah memukul.
                 ﺿﺮﺑﺘﻦ: kalian (perempuan) telah memukul.
                  ﺿﺮﺏ: dia (laki-laki) telah memukul.
                 ﺿﺮﺑﺖ: dia (perempuan) telah memukul.
                 ﺿﺮﺑﺎ: merka berdua (laki-laki)  telah memukul
                 ﺿﺮﺑﺘﺎ: mereka berdua (perempuan) telah memukul
                 ﺿﺮﺑﻮ: mereka (laki-laki) telah memukul.
                    ﺿﺮﺑﻦ: meraka (perempuan) telah memukul.

            Adapun meng-i’rab-nya adalah sebagai berikut :
1           ﺿﺮﺏ، ﺿﺮﺑﺖFi’il madhi,       dhamir mutakallim wahdah (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’-nnya mabni dhammah.
2            ﺿﺮﺏ، ﺿﺮﺑﻨﺎ Fi’il madhi, ﻧﺎ dhamir mutakallim ma’al ghair atau mu’azhzhim nafsah, di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya madni sukun.
3           ﺿﺮﺏ، ﺿﺮﺑﺖFi’il madhi,             dhamir mukhatab mudzakar (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’nya. Mabni fathah.
4           ﺿﺮﺏ، ﺿﺮﺑﺖ  Fi’il madhi,   dhamir muannats (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya dengan mabdi kasrah.
5           ﺿﺮﺏ، ﺿﺮﺑﺘﻤﺎFi’il madhi,      ﺗﻤﺎ     dhamir tatsniyah (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni dhammah, sedangkan huruf mim-nya adalah huruf ‘imad dan alif’-nya alif tatsniyah.
6           ﺿﺮﺏ،ﺿﺮﺑﺘﻢFi’il madhi,          ﺗﻢ dhamir mukhathab jamak mudzakkar (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-ka, tanda rafa’-nya mabni dhammah sedangkan huruf mim-nya adalah tanda jamak.
7           ﺿﺮﺏ ، ﺿﺮﺑﺘﻦ Fi’il madhi,   ﺗﻦ dhamir mukhathab jamak muannats (menjadi fa’ilnya), di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni dhammah, huruf nun-nya adalah tanda jamak muannats.
8                    ﺿﺮﺏ Fi’il madhi sedangkan fa’ilnya adalah dhamir mustatir, dan taqdir-nya ﻫﻮ       .
9                    ﺿﺮﺑﺖ Fi’il madhi, fa’il-nya dhamir mustatir, taqdir-nya  ﻫﻲ     ditambah ta.
10                                                                    ﺿﺮﺑﺎ Fi’il madhi, fa’il-nya alif, di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni sukun.
11                      ﺿﺮﺑﺘﺎ Fi’il madhi yang ber-ta ta-nits, fa’il-nya alif, tanda rafa’-nya mabni sukun.
12                               ﺿﺮﺑﻮ Fi’il madhi, fa’il-nya wawu dhamir, di-rafa’-kan, tanda rafa’nya mabni sukun, sedangkan alif-nya adalah alif mutlak jamak.
13                      ﺿﺮﺑﻦ Fi’il madhi, fa’ilnya nun, di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya mabni fathah.

2.         Naibul Fa’il
Maf’ul yang tidak disebutkan fa’ilnya dinamakan mabni majhul atau naibul fa’il, yaitu isim yang asalnya menjadi maf’ul lalu fa’ilnya dibuang dan maf’ulnya menggantikan kedudukan fail, i’rabnya di-rafa’-kan dan diletakkan sesudah fi’il.
            Contoh :
·          ﻗﺮﺃﺍﻟﻘﺮﺍﻥ Asalnya ﻗﺮﺃﺕﺍﻟﻘﺮﺍﻥ.  lafadz   dibuang lalu lafadz          menempati tempat fa’il (lafadz   ) sebagai pengganti lafadz    yang dibuang dan lafadz  ﺍﻟﻘﺮﺍﻥdiubah harakatnya menjadi       ﺍﻟﻘﺮﺍﻥ        .
·          ﺿﺮﺏ ﺯﻳﺪ Asalnya ﺿﺮﺏﻓﻼﻥ ﺯﻳﺪﺍ                 .
·          ﻛﺘﺐﺍﻟﺪﺭﺱ            Asalnya ﻛﺘﺐ ﺗﻠﻤﻴﺪ                     .
·          ﻳﻌﻂﺮﺍﻟﻼﺟﺮ Asalnya ﻳﻌﻂﺮﻓﻼﻥ ﺍﻟﻼﺟﺮ                      .

Adapun lafadz yang menjadi naibul fa’il itu asalnya maf’ul bih tapi jika maf’ul bihnya tidak ada maka bisa masdar, daraf atau jer majrur.
            Contoh :
                  ﺟﻠﺲﻋﻠﻰﺍﻟﻜﺮﺳﻰ   ﺟﻠﺲﺯﻳﺪﻋﻠﻰﺍﻟﻜﺮﺳﻰ
ﺟﻠﺲﻋﻨﺪﻯ      ﺟﻠﺲ ﺯﻳﺪ ﻋﻨﺪﻯ
Kalimat fi’il yang mengiring-ngiringi naibul fa’il itu dinamakan fi’il mabni majhul.
Adapun cara membuat fi’il mabni majhul itu ada dua yaitu ;
1        Jika fi’il madhi maka huruf awal didhammah dan huruf sebelum akhir dikasroh.
Contoh :   ﻧﺼﺮ            ﻧﺼﺮ
2        Jika fi’il mudore maka huruf awal didhammah dan huruf sebelum akhir difathah.
Contoh : ، ﻳﻨﺼﺮ    ﻳﻨﺼﺮ        

Adapun cara membuat fi’il mabni majhul dan fi’il seperti lafadz                    yaitu fi’il bina ajwap itu ada tiga. Yaitu :
1        Didhammah fa fi’ilnya.
    Contoh : ﺑﻮع   ﺑﺎع   
2        Dibaca isymam yaitu membaca diantara harakat dhammah dan kasroh.
    Contoh : ﺑﻮع   ﺑﺎع

3    Dikasroh fa fi’il-nya dan ini pendapat yang sudah masyhur
Contoh : ﺑﻴﻊ   ﺑﺎع

Naibul fa’il itu ada dua yaitu :
1                  Naibul fa’il isim zhahir.
Contoh :
·          ﺿﺮﺏ ﺯﻳﺪ (zaid telah dipukul)
·          ﻳﻀﺮﺏ ﺯﻳﺪ (zaid akan dipukul)
·          ﺍﻛﺮﻡﻋﻤﺮ (Amr telah dimuliakan)
·          ﻳﻜﺮﻡﻋﻤﺮ (Amr akan dimuliakan)

2          Naibul fa’il isim dhamir
Contoh :
·          ﺩﻋﻴﺖ (aku telah dipanggil)
·          ﺩﻋﻰ (dia dipanggil)
·          ﻣﺎﺩﻋﻰﺍﻻﺍﻧﺎ (dia tidak dipanggil kecuali aku)

Naibul fa’il isim dhamir dibagi enjadi 2 yaitu :
1        Naibul  fa’il isim dhamir muttasil.
Contoh : ﻋﺎ ﺯﻳﺪﺍﻳﺎﻱ                          ﺩﻋﻴﺖ    
2        Naibul fa’il isim dhamir munfasil.
Contoh :   ﺍﻧﺘﺎ ﻟﻢﻳﻀﺮﺏ ﺯﻳﺪ ﺍﻻ         ﻟﻢﻳﻀﺮﺏﺍﻻﺍﻧﺘﺎ

                        Contoh lain isim dhamir adalah :
                        ﺿﺮﺑﺖ: aku telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﻨﺎ: kami telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﺖ: kamu (laki-laki) telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﺖ: kamu (perempuan) telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﺘﻤﺎ: kamu berdua telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﺘﻢ: kalian (laki-laki) telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﺘﻦ: kalian (perempuan) telah dipukul
                        ﺿﺮﺏ: dia (laki-laki) telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﺖ: ia (perempuan) telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﺎ: mereka berdua telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﻮ: mereka (laki-laki) telah dipukul
                        ﺿﺮﺑﻦ: meraka (perempuan) telah dipukul

Ø  Adapun meng-i’rab-nya adalah ﺿﺮﺑﺖ          (aku telah dipukul)
Lafadz  ﺼﺮ fi’il madhi mabni lil maf’ul,    dhamir mutakallim menjadi naibul fa’il yang di-rafa’-kan, tanda rafa’-nya dengan mabni dhammah.

3.         Al-Jumlah Fi’liyah
Didalam struktur bahasa Arab, jumlah (kalimat) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jumlah ismiyah (kalimat nominal) dan jumlah fi’liyah (kalimat verbal). Dinamakan jumalh ismiyah jika kalimat tersebut dimulai dengan isim (kata benda) dan dinamakan jumlah fi’liyah jika dimulai dengan fi’il (kata kerja). Dengan pengertian lain, jumlah ismiyah adalah jumlah yang terdiri dari mubtada dan khabar, sedangkan jumlah fi’liyah adalah jumlah yang terdiri dari fi’il da fa’il.
            Contoh kalimat fi’liyah :
1         ﻡﺍﻟﻂﻐﻞﻋﻠﻰﺍﻟﺴﺮﻳﺮ ﺑﺎ: anak kecil itu tidur diatas dipan jumlah mufidah (1) : ﻧﺎﻡ ﺍﻟﻂﻐﻞﻋﻠﻰﺍﻟﺴﺮﻳﺮ         adalah kalimat sempurna, mengingat maknanya sudah dapat difahami dengan sempurna. Kalimat tersebut terdiri dari empat kata, yaitu ﻧﺎﻡ(tidur), ﺍﻟﻂﻐﻞ  (anak), ﻋﻠﻰ (diatas), dan kata ﺍﻟﺴﺮﻳﺮ (dipan). Kalimat tersebut dimulai dengan kata kerja, yang dalam istilah gramatika bahasa Arab dikenal dengan nama fi’il sedangkan yang datang setelah fi’il (kata kerja) dinamakan fa’il. Sementara kalimat          ﺍﻟﺴﺮﻳﺮ ﻋﻠﻰ (di atas dipan) adalah kata keterangan tempat. Jumlah mufidah yang dimulai dengan kata kerja (fi’il) tersebut dalam gramatika bahasa Arab dinamakan jumlah fi’liyah atau kalimat verbal.
2         ﺫﻫﺐﺍﻟﻤﺴﺎﻏﺮﺍﻟﻰﻣﻜﺔ : musafir itu pergi ke Makkah.
3         ﺟﺎﺀﻧﺼﺮﺍﻟﻠﻪﻭﺍﻟﻔﺘﺢ : datang pertolongan Allah.
4         ﺍﻛﻞﺍﻟﻮﻟﺪﺍﻟﻌﺒﺰ : anak itu makan roti
5                                                                     ﻋﻠﻢﺍﻟﻤﺪﺭﺱﺍﻟﻤﺴﻠﺔ:bapak guru itu mengetahui masalah.

v  Penjelasan
·         Jumlah mufidah (1)                 
·         Jumlah mufidah (2) ﺫﻫﺐ ﺍﻟﻤﺴﺎ ﻏﺮ ﻋﻠﻰ ﻣﻜﺔ        adalah kalimat sempurna mengingat maknanya sudah dapat difahami dengan sempurna. Kalimat tersebut terdiri dari empat kata, yaitu kata ﺫﻫﺐ (pergi),     ﺍﻟﻤﺴﺎ ﻏﺮ (musafir),         ﻋﻠﻰ (ke), dan kata ﻣﻜﺔ (Makkah). Kalimat tersebut dimulai dengan kata kerja, yang dalam istilah gramatika bahasa Arab dikenal dengan nama fi’il. Sedangkan yang datang setelah fi’il (kata kerja) dinamakan fa’il (pelaku perbuatan). Jumlah mufidah yang dimulai dengan kata kerja (fi’il) tersebut dalam gramatika bahasa Arab dinamakan jumlah fi’liyah atau kalimat verbal.

v  Analisis
Fa’il ialah isim yang secara mutlak di-rafa’-kan oleh fi’ilnya dan fi’il itu terletak sebelum fa’il.
Wajib pada fi’il itu di-mujarradkan (dibebaskan dari huruf tambahan) apabila di-musnad-kan kepada jamak atau mutsana.
Ulama nahwu telah membagi fa’il menjadi fa’il isim yang zhahir dan fa’il isim yang mudzmar (dhamir).
Isim mudhmar (dhamir) dibagi duabelas macam, yaitu : ﻗﻤﺖ(aku telah berdiri), ﻗﻤﻨﺎ   (kami telah berdiri), ﻗﻤﺖ (kamu (laki-laki) telah berdiri), ﻗﻤﺖ (kamu (perempuan) telah berdiri),ﻗﻤﺘﻤﺎ (kamu berdua telah berdiri), ﻗﻤﺘﻦ (kalian (perempuan) telah berdiri), ﻗﻤﺘﻢ       (kalian (laki-laki) telah berdiri), ﻗﻤﺎ  (seorang laki-laki telah berdiri), ﻗﺎﻣﺖ (seorang perempuan telah berdiri), ﻗﻤﺎ (dua orang laki-laki telah berdiri), ﻗﺎﻣﻮﺍ (mereka (laki-laki) telah berdiri),  ﻗﻤﻦ (mereka (perempuan) telah berdiri).
Tempatkanlah kedudukan fa’il yang dibuang maf’ulnya pada setiap yang dimiliki oleh fa’il. Huruf pertama fi’il yang fa’ilnya tidak disebutkan harus di dhammahkan, sedangkan huruf yang yang sebelum terakhir harus di-kasrah-kan. Naibul fa’il itu adakalanya mudhmar (disembunyikan) dan adakalanya muzhhar (ditampakkan. Yang kedua (muzhhar) seperti ﻳﻜﺮﻡﺍﻟﻤﺒﺸﺮ (pembawa kabar gembira itu dimuliakan). Adapun yang dhamir, maka hal itu seperti perkataan ﺩﻋﻴﺖ(aku telah dipanggil),           ﺩﻋﻰ            (dia dipanggil), ﻣﺎﺩﻋﻰﺍﻻﺍﻧﺎ (dia tidak dipanggil kecuali aku).

 

BAB   III
PENUTUP


A.        Kesimpulan
                        Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan :
1        Kebanykan siswa tidak mengerti / kurang paham tentang bahasa Arab karena mereka kurang minat. Mereka beranggapan bahwa belajar bahasa Arab tidak terlalu penting dibandingkan bahasa asing lainnya. Tapi pada kenyataannya mempelajari bahasa Arab sangatlah penting untuk dapat memahami isi dari Al-Qur’an.
2        Fa’il adalah isim marfu’ yang disebutkan terlebih dahulu fi’ilnya (fi’il yang merafakannya).kita masih belum faham apa itu fa’il,karena kita masih merasa asing dengan istilah-istilah dalam bahasa Arab.
3        Naibul fa’il adalah isim yang asalnya menjadi maf’ul lalu fa’ilnya dibuang dan maf’ulnya menggantikan kedudukan fa’il, i’rabnya dirafakan dan diletakkan sesudah fi’il. Seperti halnya naibul fa’il, kebanyakan siswa masih kurang mengerti /paham istilah-istilah dalam bahasa Arab.
4        Untuk saat ini mungkin menggunakan bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari masih belum digalakkan. Mungkin hanya di tempat-tampat tertentu yang bahasa kesehariannya menggunakan bahasa Arab, seperti pondok pesantren dan sekolah-sekolah yang basicnya keagamaan.

B.        Saran
·         Untuk guru atau Dosen :
1          Media pembelajaran yang digunakan masih kurang memadai.
2          Dalam menjelaskan suatu bab, tidak terlalu jelas dan terbelit-belit sehingga susah untuk dipahami.
3          Contoh-contoh yang diberikan masih kurang untuk membantu siswa dalam memahami suatu bab / materi.
4          Diharapkan guru / dosen memberikan modul, agar siswa dapat mempelajarinya dengan mudah.

·         Untuk siswa :
1          Pada saat guru / dosen menjelaskan, siswa harus mendengarkan dan mencatat point-point penting dari penjelasan tersebut.
2          Memperbanyak membaca buku diperpustakaan tentang bahasa Arab.
3          Mencari buku-buku referensi untuk mempermudah pengerjaan tugas.



REFERENSI :

1        H. Mardjoko Idris. MA (2009). Tata Bahasa Arab. Yogyakarta : Belukar (CMG)
2        Moch. Anwar. (2009). Ilmu Nahwu. Bandung : Sinar Baru Algsindo.
3        A. Mus’idin kamal, S.Pd.I. (2010). Terjemah Nadzom Imrithy. Benda : Pon.Pes. Al Hikmah 2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar